BOSHEPOKER

BOSHEPOKER

Cerita Sensasi seks Ketika Pelajaran Seks Dengan Tante Yanti



Cerita Sensasi seks Ketika Pelajaran Seks Dengan Tante Yanti

BOSHEku mengenal seks pada usia 18 tahun ketika masih SMA. Waktu itu, alasannya niatku yang ingin melanjutkan sekolah di Jakarta, saya dititipkan pada keluarga sobat baik ayahku, seorang pensiunan perwira ABRI berpangkat Brigjen. Om Toto, begitu saya memanggilnya, ialah seorang purnawirawan ABRI yang cukup berpengaruh, kini ia mengelola perusahaan sendiri yang tidak mengecewakan besar. Anak-anak mereka, Halmi dan Julia yang seusiaku kini ada di Amerika semenjak mereka masih berumur 12 tahun. Sedangkan yang sulung, Sonny kuliah di Jogja. Istri Om Toto sendiri ialah seorang pengusaha sukses di bidang export garmen, saya memanggilnya Tante Yanti, perempuan berwajah manis berumur 43 tahun dengan perawakan yang bongsor dan seksi khas ibu-ibu istri pejabat. Sejak tinggal di rumah megah itu saya seringkali ditugasi mengantar Tante Yanti, meski ada dua sopir pribadi tapi Tante Yanti lebih bahagia bila saya yang mengemudikan mobilnya. Lebih aman, katanya sekali waktu.

Meski keluarga Om Toto kaya raya, sepertinya hubungan antara ia dan istrinya tak begitu harmonis. Aku sering mendengar pertengkaran-pertengkaran diantara mereka di dalam kamar tidur Om Toto, seringkali ketika saya menonton televisi terdengar teriakan mereka dari ruang tengah. Sedikitpun saya tak mau peduli atas hal itu, toh ini bukan urusanku, lagi pula saya kan bukan anggota keluarga mereka. Biasanya mereka bertengkar malam hari ketika keduanya sama-sama gres pulang kerja. Belakangan bahkan terdengar kabar bila Om Toto punya beberapa perempuan simpanan. "Ah untuk apa memikirkannya" benakku.

 Suatu hari di bulan Oktober, Bi Surti, Siti (para pembantu), Mang Darja dan Om Edi (supir), pulang kampung mengambil jatah liburan mereka bersamaan ketika Lebaran. Sementara Om Toto dan Sonny pergi berlibur ke Amrik sambil menjenguk kedua anaknya di sana. Tante Yanti masih sibuk menangani bisnisnya yang sedang naik daun, ia lebih sering tidak pulang, hingga di rumah itu tinggal saya sendiri. Perasaanku begitu merdeka, tak ada yang mengawasi atau melarangku untuk berbuat apa saja di rumah besar dan glamor itu. Mereka memintaku menunda jadwal pulang kampung yang sudah jauh hari kurencanakan, saya mengiyakan saja, toh mereka semua baik dan ramah padaku.

Malamnya saya duduk di depan televisi, namun tak satupun program TV itu menarik perhatianku. Aku termenung sejenak memikirkan apa yang akan kuperbuat, sudah tiga hari tiga malam semenjak keberangkatan Om Toto, Tante Yanti tak tampak pulang ke rumah. Maklumlah bisnisnya level tingkat internasional, jadi tak heran bila mungkin saja hari ini ia ada di Hongkong, Singapore atau di mana saja. Saat sedang terdiam saya melirik ke arah lemari besar di samping pesawat TV layar super lebar itu. Mataku tertuju pada rak piringan VCD yang ada di sana. Segera kubuka sambil menentukan film-film bagus. Namun yang paling menciptakan saya menelan ludah ialah sebuah flm dengan cover depan perempuan telanjang. Tak kulihat niscaya judulnya namun eksklusif kupasang dan..., "wow!" batinku kegirangan begitu melihat adegannya yang wah. Seorang lelaki berwajah hispanik sedang menggauli dua perempuan sekaligus dengan bermacam-macam gaya.  HOT JACKPOT

Sesaat kemudian saya sudah larut dalam film itu. Penisku sudah semenjak tadi mengeras ibarat batu, malah saking kerasnya terasa sakit, saya sejenak melepas celana panjang dan celana dalam yang kukenakan dan menggantinya dengan celana pendek yang longgar tanpa CD. Aku duduk di sofa panjang depan TV dan kembali menikmati adegan demi adegan yang semakin membuatku gila. Malah tanganku sendiri meremas-remas batang kemaluanku yang semakin tegang dan keras. Tampak penis besarku hingga menyembul ke atas melewati pinggang celana pendek yang kupakai. Cairan kentalpun sudah terasa mengalir dari sana.

Tapi belum lagi lima belas menit, alasannya terlalu asyik saya hingga tak menyangka Tante Yanti sudah berada di luar ruang depan sambil menekan bel. Ah, saya lupa menutup pintu gerbang depan hingga Tante Yanti sanggup hingga di situ tanpa sepengetahuanku, untung pintu depan terkunci. Aku masih punya kesempatan mematikan power off VCD Player itu, dan tentunya sedikit mengatur nafas yang masih tegang ini biar sedikit lega.

"Kamu belum tidur, Di?", sapanya begitu kubuka pintu depan.
"Belum, tante", hidungku mencium bacin khas parfum Tante Yanti yang elegan.
"Udah makan?".
"Hmm..., belum sih, tante sudah makan?", saya mencoba balik bertanya.
"Belum juga tuh, tapi tante barusan dari rumah teman, trus di jalan gres mikirin makan, so tante pesan dua paket antaran di KFC, kau mau?".
"Mau dong tante, tapi mana paketnya, belum tiba kan?".
"Tuh kan, kau niscaya lagi asyik di kamar makanya nggak dengerin bila pengantar makanannya tiba sedikit lebih awal dari tante".
"ooo", jawabku bego.

Tante Yanti berlalu masuk kamar, kuperhatikan ia dari belakang. Uhh, bodinya betul-betul bikin deg-degan, atau mungkin alasannya saya gres saja nonton BF yah?
Ayo, kita makan..", ajaknya kemudian, tiba-tiba ia muncul dari kamarnya sudah berganti pakaian dengan sebuah daster putih longgar tanpa lengan dan berdada rendah.

"Ya ampun Tante Yanti ", batinku berteriak tak percaya, gres kali ini saya memperhatikan perempuan itu. Kulitnya putih bersih, dengan betis yang woow, berbulu menantang pastilah punya nafsu seksual yang liar, itu kata temanku yang pengalaman seksnya tinggi. Buah dadanya tampak menyembul di balik gaun itu, apalagi ketika ia melangkah di sampingku, kurang jelas dari sudut mataku terlihat BH-nya yang putih.
"Uh.., apa ini gara-gara film itu?", batinku lagi. Khayalku mulai kurang ajar, memasukkan bayangan Tante Yanti ke dalam adegan film tadi.
"Hmm..", Tak sadar mulutku mengeluarkan bunyi itu.
"Ada apa, Di?", Tante Yanti memandangku dengan alis berkerut.
"Nnggg..., nggak apa-apa tante..", Aku jadi sedikit gugup. Oh wajahnya, kenapa gres kini saya melihatnya begitu cantik?
"Eh.., kau ngelamun yah, ngelamunin siapa sih? Pacar?", tanyanya.
"Nggak ah tante", dadaku berdesir sesaat pandangan mataku tertuju pada potongan dadanya.
"My god, gimana rasanya bila tanganku hingga mendarat di permukaan buah dadanya, mengelus, mencicipi kelembutan payudara itu, ooohh", lamunan itu terus merayap.
"Heh, ayo..., makanmu lho, Di".
"Ba..., bbbbbaik tante", terperinci sekali saya tampak gugup.
"Nggak biasanya kau kayak gini, Di. Mau kisah nggak sama tante".
My god, ia mau saya ceritakan apa yang saya lamunkan? Susumu tante, susumu!

Pelan-pelan sambil terus terdiam sesekali berbicara padanya, alhasil makananku habis juga. Aku kembali ke kamar dan eksklusif menghempaskan badanku ke daerah tidur. Masih belum lepas juga bayangan tubuh Tante Yanti. "Gila! Gila! Kenapa perempuan paruh baya itu membuatku gila", pikirku tak habis habisnya. Umurnya terpaut sangat jauh denganku, saya gres 18 tahun..., dua puluh lima tahun dibawahnya. Ah, mengapa harus kupikirkan.

Aku melangkah ke meja komputer di kamarku, mencoba melupakannya. Beberapa ketika saya sudah tampak mulai tenang, perhatianku kini pada e-mail yang akan kukirim pada teman-teman netter. Aku memang hobi korespondensi via internet. Tapi mendadak pintu kamarku diketuk dari luar.
"Di.., Didi.., ini Tante", terdengar bunyi tante seksi eh Yanti memanggil.
"Ah..", saya beranjak berdiri dari korsi itu dan membuka pintu, "Ada apa, tante?".
"Kamu sanggup buatin tante kopi?".
"ooo.., sanggup tante".
"Tahu selera tante toh?
"Iya tante, biasanya juga saya lihat Siti", jawabku singkat dan eksklusif menuju ke dapur.
"Tante tunggu di ruang tengah ya, Di".
"Baik, tante".



Gelas yang kupegang itu hampir saja jatuh ketika kulihat apa yang sedang disaksikan Tante Yanti di layar TV. Pelan-pelan tanganku meletakkan gelas berisi kopi itu di sebuah meja kecil di samping Tante Yanti, kemudian bersiap untuk pergi meninggalkannya.
"Didi.."
"Ya..., tante".
"Kamu bila habis pasang film ibarat ini lain kali masukin lagi ke tempatnya yah".
"mm..., ma..., ma..., maaf tante..." saya tergagap, apalagi melihat Tante Yanti yang berbicara tanpa melihat ke arahku. Benar-benar saya merasa ibarat maling yang tertangkap basah.
"Di...", Tante Yanti  memanggil, kali ini ia memandangi, saya menundukkan muka, tak kubayangkan lagi kemolekan tubuh istri Om Toto itu. Aku benar-benar takut.
"Tante nggak bermaksud murka lho, di...", byarrr hatiku lega lagi.
"Sekarang bila kau mau nonton, ya sudah sama-sama aja di sini, toh sudah waktunya kau berguru wacana ini, biar nggak kuper", ajaknya.
"Wooow...", kepalaku secepat kilat kembali membayangkan tubuhnya. Aku duduk di sofa sebelah tempatnya. Mataku lebih sering melirik tubuh Tante Yanti daripada film itu.
"Kamu kan sudah 18 tahun, Di. Ya nggak ada salahnya bila nonton beginian. Lagipula tante kan nggak biasa lho nonton yang beginian sendiri..".

Apa kalimat itu berarti undangan? Atau kupingku yang salah dengar? Oh my god Tante Yanti mengangkat sebelah tangannya dan menyandarkan lengannya di sofa itu. Dari celah gaun di bawah ketiaknya terlihat terperinci bukit payudaranya yang masih berlapis BH. Ukurannya benar-benar membuatku menelan ludah. Posisi duduknya berubah, kakinya disilangkan hingga daster itu sedikit tersingkap. Wooow, betis dengan bulu-bulu halus itu. Hmm, Wanita 40-an itu benar-benar menantang, wajah dan tubuhnya ibarat sekali dengan pengusaha Dewi Motik, hanya Tante Yanti kelihatan sedikit lebih muda, bibirnya lebih sensual dan hidungnya lebih mancung. Aku tak mengerti kenapa perempuan paruhbaya ini begitu tampak mempesona di mataku. Tapi mungkinkah...? Tidak, ia ialah istri Om Toto, orang yang belakangan ini sangat memperhatikanku. Aku di sini untuk belajar..., atas biaya mereka.., ah persetan!  BACCARAT

Tante Yanti mendadak mematikan VCD Player dan memindahkannya ke sebuah TV swasta.
"Lho... kok?".
"Ah tante bosan ngeliatin itu terus, Di...".
"Tapi kan..".
"Sudah bila mau kau pasang aja sendiri di kamar..", wajahnya masih biasa saja.
"Eh, ngomong-ngomong, kau sudah hampir setahun di sini yah?".
"Iya tante...".
"Sudah punya pacar?", ia beranjak meminum kopi yang kubuatkan untuknya.
"Belum", mataku melirik ke arah potongan daster itu, sepertinya ada celah yang cukup untuk melihat payudara besarnya. Tak sadar penisku mulai berdiri.
"Kamu nggak nyari gitu?", ia mulai melirik sesekali ke arahku sambil tersenyum.
"Alamaak, senyumnya.., oh singkapan daster bab bawah itu, uh Tante Yanti.., pahamu", teriak batinku ketika tangannya tanpa sengaja menyingkap potongan gaun di bab bawah itu. Sengaja atau tidak sih?

"Eeh Di.kamu ngeliatin apaan sih?".
Blarrr..., mungkin ia tahu bila saya sedang berkonsentrasi memandang satu persatu bab tubuhnya, "Nngggak kok tante nggak ngeliat apa-apa".
"Lho mata kau kayaknya mandangin tante terus? Apa ada yang salah sama tante, Di?", ya ampun ia tahu bila saya sedang asyik memandanginya.
"Eh..., mm..., anu tante..., aa..., aanu..., tante...,tante", kerongkonganku ibarat tercekat.
"Anu apa..., ah kau ini ada-ada saja, kenapa..", matanya semakin terarah pada selangkanganku, bedebah saya lupa pakai celana dalam. Pantas Tante Yanti tahu bila penisku tegang.
"Ta..., ta..., tante manis sekali..", saya tak sanggup lagi mengontrol kata-kataku. Dan astaga, bukannya marah, Tante Yanti malah mendekati aku.
"Apa..., tante nggak salah dengar?", katanya setengah berbisik.
"Bener kok tante..".
"Tante yang seumur ini kau bilang cantik, ah sanggup aja. Atau kau mau sesuatu dari tante?" ia memegang pundakku, terasa begitu hangat dan duh gusti buah dada yang semenjak tadi kuperhatihan itu kini hanya beberapa sentimeter saja dari wajahku. Apa saya akan sanggup menyentuhnya, come on man! Dia istri Om Toto batinku berkata.

Tangannya masih berada di pundakku sebelah kiri, saya masih tak bergeming. Tertunduk aib tanpa sanggup mengendalikan pikiranku yang berkecamuk. Harum semerbak parfumnya semakin menarik hati nafsuku untuk berbuat sesuatu. Kuberanikan mataku melirik lebih terperinci ke arah potongan kain daster berbunga itu. Wow..., sepintas kulihat bukit di selangkangannya yang ahh, kembali saya menelan ludah.

"Kamu belum jawab pertanyaan tante lho, Di. Atau kau mau tante jawab sendiri pertanyaan ini?".
"Nggak kok tante, sss.., sss..., saya jujur bila tante memang cantik, eh.., mm..., menarik".
"Kamu belum pernah kenal cewek yah".
"Belum, tante".
"Kalau tante kasih pelajaran gimana?".
Ini ia yang saya tunggu, ah persetan ia istri Om Toto. Anggap saja ini pembalasan Tante Yanti  padanya. Dan juga..., oh saya ingin segera mencicipi tubuh wanita.
"Maksud tante..., apa?", lanjutku bertanya, pandangan kami bertemu sejenak namun saya segera mengalihkan.
"Kamu kan belum pernah pacaran nih, gimana bila kau tante ajarin caranya nikmati wanita...".
"Ta..., tapi tante", saya masih ragu.
"Kamu takut sama Om Toto? Tenang..., yang ada di rumah ini cuman kita, lho".
"This is excellent!", teriakku dalam hati. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Batinku terus berteriak tapi badanku ibarat tak sanggup kugerakkan.

Beberapa ketika kami berdua terdiam.
"Coba sini tangan kamu", saya memperlihatkan tanganku padanya, my goodness tangan lembut itu menyentuh telapak tanganku yang kasarnya minta ampun.
"Rupanya kau memang belum pernah nyentuh perempuan, Di. Tante tahu kau gres beranjak remaja dan tante ngerti wacana itu", Berkata begitu sambil mengelus punggung tanganku, saya merinding dibuatnya, sementara di bawah, penisku yang semenjak tadi sudah tegang itu mulai mengeluarkan cairan hingga menampakkan titik lembap sempurna di permukaan celana pendek itu.
"Tante ngerti kau terangsang sama film itu. Tapi tante perhatiin belakangan ini kau sering belakang layar memandangi tubuh tante, benar kan?", ia ibarat menyergapku dalam sebuah perangkap, tangannya terus mengelus punggung telapak tanganku. Aku benar-benar merasa ibarat maling yang tertangkap basah, tak sepatah kata lagi yang sanggup kuucapkan.
"Kamu kepingin pegang dada tante kan?".

Daarrr! Dadaku ibarat pecah..., mukaku mulai memerah. Aku hingga lupa di bawah sana adik kecilku mulai melembek turun. Dengan segala sisa tenaga saya beranikan diri membalas pandangannya, memaksa diriku mengikuti senyum Tante Yanti.Dan..., astaga..., Tante Yanti menuntun telapak tanganku ke arah payudaranya yang menggelembung besar itu.
"Ta..., ta..., tante..., ooohh", bunyi itu keluar begitu saja, dan Tante Yanti hanya melihat tingkahku sambil tersenyum. Adikku berdiri lagi dan eksklusif ibarat ingin meloncat keluar dari celana dalamku. Istri Om Toto itu melotot ke arah selangkanganku.
"Waaww..., besar sekali punya kau Di?", serunya kemudian secepat kilat tangannya menggenggam kemaluanku kemudian mengelus-elusnya. Secara reflek tanganku yang tadinya malu-malu dan terlebih dulu berada di permukaan buah dadanya bergerak meremas dengan sangat kuat hingga menjadikan desah dari mulutnya.
"aahh..., mm remas sayang ooohh". POKERV GAMES

Masih tak percaya akan semua itu, saya membalikkan tubuh ke arahnya dan mulai menggerakkan tangan kiriku. Aku semakin berani, kupandangi wajah istri Om Toto itu dengan seksama.
"Teruskan, Di..., buka baju tante", permpuan itu mengangguk pelan. Matanya berbinar ketika melihat kemaluanku tersembul dari celah celana pendek itu. Kancing dasternya kulepas satu persatu, bab dadanya terbuka lebar. Masih dengan tangan gemetar saya meraih kedua buah dada yang berlapis BH putih itu. Perlahan-lahan saya mulai meremasnya dengan lembut, kedua telapak tanganku kususupkan melewati BH-nya.
"mm..., tante..", saya menggumam mencicipi kelembutan buah dada besar Tante Yanti yang selama sebulan terakhir ini hanya jadi impianku saja. Jari jemariku terasa begitu nyaman, membelai lembut daging kenyal itu, saya memilin puting susunya yang begitu lembutnya.

No comments

Theme images by Aguru. Powered by Blogger.