BOSHEPOKER

BOSHEPOKER

Cerita Seks Menduakan Bercinta Dengan Dinda Yang Bohai

Cerita Seks Menduakan Bercinta Dengan Dinda Yang Bohai


BOSHE - Aku yakni seorang cowok yang berumur sekitar 19 tahun dan telah lulus dari sebuah Sekolah Menengah Umum Negeri di Malang dan tinggal di sebuah desa kecil di sebelah selatan kota Malang, sebuah desa yang tidak terlalu ramai alasannya letaknya yang sangat jauh dari sentra kota.Dinda sendiri yakni seorang tetanggaku yang bertempat tinggal sempurna di belakang rumahku. Perempuan ini berumur sekitar 40 tahun dan sudah mempunyai suami serta tiga orang anak, yang satu masih duduk di dingklik kelas 6 SD sementara yang lainnya sudah menginjak dingklik SMP. Suami Dinda bekerja sebagai tukang kebun di sebuah sekolah negeri di kota.

Mengenai postur tubuh Dinda hingga saya mau untuk bersetubuh dan berselingkuh dengannya sepertinya bukan hal yang terlalu menarik untuk dipaparkan alasannya postur tubuh Dinda bukanlah bagaikan seorang artis yang cantik, gemulai, dan menggairahkan ibarat layaknya model iklan atau pemain sinetron kelas atas, tetapi ia hanyalah seorang wanita kampung istri seorang tukang kebun dan seorang ibu rumah tangga yang selalu direpotkan oleh urusan-urusan keluarga hingga tidak sempat untuk melaksanakan acara BL (body language), renang, dan berolah raga ibarat kebanyakan orang kaya. Tentulah sanggup dibayangkan bagaimana tubuh Dinda. Bentuk tubuh ibu rumah tangga ini yakni biasa saja atau bahkan oleh sebagian besar cowok body Dinda sanggup dipandang sangat tidak menarik. Tinggi tubuh wanita beranak tiga itu sekitar 154 cm dan berat tubuh 50 kg. Anda sanggup membayangkan sendiri bagaimana bentuk tubuhnya dengan ukuran ibarat itu.BANDARQ

Mengenai nafsu dan gairahku terhadap Dinda bukan terbentuk dalam waktu yang singkat, tetapi nafsu dan gairah itu sanggup dibilang mulai terbentuk sejak saya masih berumur sekitar 14 tahun dan masih menginjak dingklik SMP. Waktu itu saya sering kali bermain-main dan mandi di sungai yang berada di bersahabat kampungku, dan di saat-saat saya bermain dan mandi di sungai itulah acapkali saya melihat Dinda bertelanjang diri mencuci dan mandi di sungai tersebut. Dan tidak jarang pula sembari mengintip ia mandi saya melaksanakan masturbasi alasannya tidak tahan melihatnya bugil tanpa sehelai kain pun yang menempel di tubuhnya.

Setelah menginjak dingklik SMU saya pun tidak pernah lagi pergi ke sungai itu baik untuk sekedar bermain atau pun mandi. Lagi pula saya harus bersekolah di SMU yang berada di sentra kota yang letaknya sangat jauh dari perkampunganku hingga saya terpaksa harus indekost selama kurang lebih tiga tahun masa studiku di SMU dan saya jarang sekali pulang ke rumahku di kampung.

Baru sekitar pertengahan tahun 2004 silam saya lulus dari dingklik SMU dan kembali ke rumahku di kampung. Dan sehabis lulus dari SMU saya pun masih harus menganggur alasannya tahun ini saya tidak sukses dalam ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (SPMB). Terpaksa saya harus mencoba lagi di tahun mendatang untuk sanggup diterima di PTN.

Selama menganggur saya seringkali luntang lantung sendiri alasannya tidak punya pekerjaan dan apalagi teman-temanku semasa kecil dulu ternyata kebanyakan sudah menempuh studi di perguruan tinggi tinggi di kota dan sebagian lagi sudah bekerja dan jarang sekali pulang, sehingga kondisi perkampunganku acapkali terlihat sepi akan para pemuda. Yang banyak terlihat pastilah hanyalah bapak-bapak atau ibu-ibu dan beberapa anak yang masih kecil.

Di hari-hari itulah saya kembali sering pergi ke sungai dimana saya selalu bermain dan mandi sewaktu saya masih kecil dulu. Suatu ketika pada ketika saya sedang pergi memancing di sungai, tanpa sengaja mataku menatap beberapa wanita yang sedang mandi dan mencuci di sungai itu dan di antaranya ternyata yakni Dinda. Ketika itu body Dinda tampak sudah sangat berbeda dengan yang pernah saya lihat dahulu ketika saya masih kecil. Sekarang tubuhnya tampak lebih gemuk dan pantatnya pun tampak lebih besar dan perutnya tampak agak sedikit membuncit alasannya kegemukan.

Pada awal saya melihat body tubuh wanita berumur 41 tahun itu sedang mencuci, saya tidak tertarik sama sekali alasannya ia terlihat tidak seksi dan tidak menggairahkan bagiku hingga saya meneruskan niatku untuk memancing ikan pada hari itu. Setelah beberapa ketika berlalu, tanpa sengaja mataku tertuju lagi pada Dinda yang mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya. Penisku begitu kerasnya menegang ketika melihat ia melepas celana dalam hitamnya.

Ia tampak kesulitan melepaskan celana dalam yang ketat itu alasannya saking besarnya ukuran pantatnya. Sesaat kemudian ia mulai membasahi tubuhnya dengan air. Gairah seksku serasa tidak tertahankan lagi waktu melihat Dinda yang telah bertelanjang lingkaran dan telah berair oleh air itu mulai menggosokkan sabun ke tubuhnya. Perempuan yang sudah bersuami itu menggosok-gosok tubuhnya dan beberapa kali meremas payudara dan menggosok pantatnya dengan sabun. Ingin sekali saya turun mendekati dan mengajaknya untuk bersetubuh di waktu dan daerah itu. Tetapi masih ada beberapa wanita lain di sana. ADUQ

Aku masih memikirkan resiko yang sangat besar yang sanggup saya terima bila saja ia tidak mau melaksanakan hubungan tubuh denganku, atau suaminya mengetahui tindakan kami, dan bagaimana tindakan orang kampung bila hingga mengetahui perzinahan kami sehingga saya pun memutuskan menahan gairah yang sangat berpengaruh itu. Kemudian saya bergegas pulang dan tidak meneruskan niatku memancing pada hari itu.

Saat tiba di rumah, pikiranku masih saja terganggu oleh bayangan Dinda. Tubuhnya.., celana dalam hitamnya.., pantatnya.., payudaranya.. Pikiran itu terus saja menggangguku. Setelah berpikir beberapa ketika kesannya saya mempunyai inspirasi untuk sanggup bersetubuh dengan tetanggaku itu dan kesannya saya memutuskan untuk mulai menggaet Dinda biar mau melaksanakan hubungan suami istri denganku.

Mulai ketika itulah saya acapkali bermain-main ke rumah Dinda ketika suami dan anak-anaknya tidak berada di rumah. Dan tidak jarang pula saya bercanda dan menggodanya. Dan hubungan yang menarik pun sepertinya mulai terbentuk di antara saya dan ibu berumur 41 tahun itu. Tampak sekali bahwa ia juga menaruh gairah terhadapku.

Suatu ketika pada ketika Dinda sedang menyetrika pakaian di ruang tamunya, dengan memberanikan diri saya berusaha mengungkapkan maksud, gairah, dan keinginanku kepada tetanggaku itu. Dan ternyata keinginan, nafsu, dan gairahku tidak bertepuk sebelah tangan. Ternyata wanita itu juga mempunyai rasa ketertarikan yang sama terhadapku. Setelah tampak terang bahwa di antara kami berdua memang saling menaruh ketertarikan, kesannya saya menjelaskan kepadanya bahwa kami mustahil melaksanakan hubungan suami istri dan perzinahan itu di rumahnya ataupun di rumahku. Aku pun memaparkan padanya bahwa kami hanya sanggup melakukannya di daerah lain contohnya saja di hotel murahan di kota. Hal itu dimaksudkan biar suami dan anak-anaknya atau pun tetangga tidak mengetahui perbuatan kami. Setelah ia sepakat kesannya kami pun memutuskan waktu dan daerah yang pas untuk melaksanakan niat tersebut.

Suatu sore sempurna pada waktu yang kami sepakati saya pergi ke kota untuk menyewa sebuah taksi yang akan mengantarkan kami ke hotel yang kami maksud. Selama beberapa ketika bernegosiasi dengan sopir taksi, kesannya tercipta janji dan sopir pun mau mengantar kami. Setelah saya masuk ke dalam mobil, sopir mulai menjalankan mobilnya menuju daerah dimana Dinda sedang menunggu, yaitu di sebuah taman di pinggiran kota.

Sekitar maghrib kesannya kami tiba di sebuah taman di pinggiran kota daerah Dinda sedang menunggu. Kemudian saya meminta sopir biar memperlambat laju mobilnya. Setelah beberapa ketika terlihat seorang wanita berpakaian rok kanal sedang bangkit di seberang jalan dan tampak melihat ke arah kendaraan beroda empat kami. Dan saya meminta sopir untuk menghentikan laju mobilnya. Setelah itu saya keluar dan menghampiri Dinda, menggandeng tangan dan mempersilakannya masuk ke dalam taksi. Setelah kami berdua masuk ke dalam kendaraan beroda empat saya meminta sopir untuk menjalankan mobilnya ke arah hotel yang kami maksudkan. Dan dengan perlahan-lahan kendaraan beroda empat melaju ke arah kota daerah hotel yang kami maksudkan berada.

Beberapa ketika di dalam mobil, saya dan Dinda tampak kaku alasannya di antara kami sendiri belum pernah bercinta sama sekali dan hubungan Istimewa kami masih gres saja dimulai. Kemudian saya memulai perbincangan dan dengan diselingi oleh canda dan guyonanku, kesannya kami berdua sanggup saling berinteraksi dengan baik bahkan lama-lama pembicaraan kami pun berlanjut ke arah yang jorok-jorok dan sepertinya Dinda tidak berkeberatan dengan hal itu dan ia tampak begitu bergairah.



Beberapa menit berlalu saya mulai menciumnya. Pertama kali ia tampak terkejut melihatku berani menciumnya. Sedetik kemudian saya mulai mendekatkan wajahku ke arah wajahnya dan mulai mencium dan mencumbu leher wanita 41 tahun itu. Pada awalnya ia menahan tubuhku dengan kedua tangannya seolah ia tidak ingin saya melaksanakan hal itu. Tetapi saya terus saja berusaha mendekatkan wajahku ke arah lehernya untuk mencumbunya. Baru sehabis beberapa usang kesannya Dinda tampak pasrah dan membiarkanku mencium dan mencumbu lehernya. Nafasnya mulai tampak ngos-ngosan alasannya gairah seks yang dirasakannya. Dan sesekali ia mengeluarkan suara-suara desahan yang sangat merangsang dan menciptakan jantungku semakin berdegub kencang.


Kemudian saya mulai melepas kaos yang saya kenakan. Dan dengan masih bercelana panjang saya kembali mencumbu wanita beranak tiga itu. Selama bibirku sibuk mencumbu bibir dan leher tetanggaku itu, tangan kananku sibuk memegang pinggang, pantat, dan sesekali meremas payudara Dinda yang masih mengenakan pakaian lengkap itu. Beberapa menit kemudian tangan kananku mulai meraba-raba punggungnya dan mencari-cari letak resleting rok kanal yang dikenakan Dinda. Setelah menemukannya, dengan tanpa henti saya terus mencium dan mencumbu wanita itu sambil saya berusaha menurunkan resletingnya dan kemudian berusaha menyibak bertahap pembungkus tubuh wanita 41 tahun itu.

Dan kesannya terlihatlah buah dada besar Dinda yang masih terbungkus BH berwarna hitam. Dengan menciumi dan sesekali menggigit-gigit lehernya, tangan kananku meraih tali BH-nya dan mulai menurunkannya ke bawah. Sementara itu tangan kiriku meraih tali BH yang satu lagi dan mulai menurunkannya ke bawah. Di sela-sela cumbuan dan ciuman kami, tangan kananku menyusup masuk ke dalam BH Dinda. Dan sehabis mendapati payudara besarnya, tangan kananku tak henti-hentinya meremas-remas buah dada montoknya.

Belum puas saya melaksanakan hal itu, saya berpaling ke arah sopir yang tampak sedang sibuk mengendarai mobilnya dan menyampaikan kepadanya untuk mengurungkan pergi ke hotel yang kami maksudkan dan minta biar ia menjalankan mobilnya untuk berkeliling kota saja dan memintanya untuk memperlambat laju kendaraan beroda empat serta menjelaskan kepadanya bahwa saya akan menambah biaya taksinya. Setelah ia setuju, saya kembali berpaling ke arah Dinda dan ia tersenyum ke arahku. Kemudian saya kembali mencumbu wanita tetanggaku itu.

Beberapa ketika kemudian saya mulai melepas celana panjang dan celana dalam yang saya kenakan dan meminta Dinda untuk melepas seluruh pakaian yang dikenakannya. Dan sedetik kemudian kami berdua telah sama-sama telanjang lingkaran tanpa sehelai kain pun yang menempel di tubuh kami. Keringat yang membasahi seluruh tubuh Dinda semakin menambah gairah seksku alasannya tubuh montoknya tampak semakin mengkilat dan menggairahkan. Kemudian saya meminta wanita bersuami itu untuk mengangkang di atasku dan menghadap ke arahku, sementara itu saya dengan penis yang masih terus menegang dan yang tak hentinya mengeluarkan lelehan cairan bening (air madzi) duduk bersandar di tengah jok belakang. Kemudian saya meminta wanita dengan tiga anak itu untuk menduduki saya dan membenamkan penisku ke dalam lubang anusnya.

Kenikmatan yang sangat luar biasa saya rasakan ketika perlahan-lahan penisku mulai terbenam di dalam lubang anus Dinda. Betapa nikmatnya seks itu, betapa nikmatnya tubuh wanita yang sudah berumur 41 tahun ini, wanita yang sudah bersuami, mempunyai tiga anak, dan masih tetanggaku ini. Sungguh nikmatnya kejadian ketika itu. Dalam benakku terbayang seandainya saja kenikmatan perzinahan ini tidak pernah berakhir, andaikan saja kami berdua sanggup terus bersetubuh tanpa mencapai titik puncak kepuasan. Detik-detik perselingkuhan itu kami rasakan bagaikan di surga, nikmat dan menyenangkan.

Dinda yang telah mengangkang di atasku dan telah membenamkan penisku ke dalam lubang anusnya terus saja menggerakkan pantatnya ke atas dan ke bawah, terus mengocok penisku yang terjepit nikmat di dalam lubang anusnya. Di antara kenikmatan luar biasa yang terus saya rasakan, tanganku tidak henti-hentinya meremas-remas pantat Dinda, mengusap-usap pinggangnya, dan sesekali meremas-remas buah dada montoknya. Tidak jarang dengan gerakan pantat Dinda ke atas dan ke bawah itu menciptakan sesekali penisku yang tegang dan berair itu terlepas keluar dari lubang anusnya hingga saya sesekali harus memperbaiki posisi penisku biar masuk kembali ke dalam lubang anus wanita molek tetanggaku itu.

Beberapa menit berlalu, saya meminta Dinda untuk mengalihkan gerakan pantatnya. Sesaat kemudian ia mulai memutar-mutarkan pantatnya terkadang searah jarum jam dan kadang pantatnya juga memutar berlawanan jarum jam. Di antara goyangan-goyangan pantat Dinda yang nikmat itu, dari mulutku sesekali keluar desahan dan rintihan. Suara-suara itu yakni refleksi dari kenikmatan luar biasa Dinda, perzinahan dan perselingkuhan yang nikmat dengan seorang wanita yang sudah bersuamikan tukang kebun dan sudah mempunyai tiga anak, yang bertubuh montok, berpantat dan berbuah dada besar.

Selama beberapa menit berlalu, goyangan-goyangan berputar pantat Dinda yang nikmat hampir menciptakan saya mencapai titik klimaks. Buru-buru saya meminta Dinda untuk mengangkat pantatnya biar penisku terlepas dari jepitan lubang anusnya. Aku tidak ingin secepat itu mencapai puncak kepuasan dan secepat itu menyudahi hubungan suami istriku dengan Dinda. Kemudian saya berdiam diri sejenak dan mengatur nafasku yang ngos-ngosan. Sementara itu Dinda tampak sibuk membenahi rambutnya yang berantakan dan sesekali menyeka keringat yang tampak membasahi seluruh tubuhnya.

Setelah nafasku mulai teratur dan saya tidak lagi mencicipi akan memuncratkan sperma dan mencapai titik klimaks, maka saya pun kembali menatap Dinda yang tampak tersenyum ke arahku. Kemudian saya memintanya bersandar di jok taksi potongan belakang dan memintanya untuk agak mengangkangkan kakinya biar vaginanya sanggup terang terlihat. Dengan duduk bersandar dan agak merosot ke bawah, Dinda mulai membuka agak lebar kedua kakinya hingga terlihatlah rambut-rambut merah kehitaman yang tumbuh lebat di sekitar selangkangannya dan sebagian besar lagi menutupi lubang

Dengan perlahan saya menunduk dan mendekatkan wajahku ke arah lubang vagina Dinda. Dengan perlahan-lahan saya menyibak rambut rambut merah kehitaman itu dan berusaha mencari letak lubang vagina Dinda. Setelah tampak olehku lubang vaginanya, saya mulai menjilatinya dan sesekali memasukkan telunjukku ke dalamnya. Dan sepertinya wanita 41 tahun itu mulai mencicipi kenikmatan.

Waktu terus berlalu dan saya tidak henti-hentinya menjilati dan terkadang memasukkan dua hingga empat jariku ke dalam vagina Dinda. Di antara desahan dan deru nafasnya yang memburu, sembari dengan mata terpejam wanita 41 tahun itu tak jarang meremas-remas kedua payudaranya sendiri dan sesekali memelintir dan menarik puting susunya dengan kedua tangannya.

Melihat tubuhnya yang molek dan tingkah lakunya yang ibarat itu, gairah seksku ibarat tidak sanggup ditahan lagi. Perlahan-lahan saya bangkit dan mulai mendekap tubuh Dinda dan menidurkannya di jok potongan belakang. Setelah itu ia mulai membuka matanya dan dengan tampak sangat pasrah ia hanya mendesah-ndesah ketika saya mulai menindihnya dan dengan perlahan-lahan mulai memasukkan penisku yang tegang ke dalam lubang vaginanya. Tak henti-hentinya saya menjejal-jejalkan penisku ke dalam lubang vagina Dinda yang hangat, lembek, lembut dan berair itu.BACCARAT

Beberapa menit kemudian ketika saya terus mengocok penisku di dalam jepitan hangat vagina Dinda, tiba-tiba saya mencicipi akan menyemburkan sperma sebagai sebuah tanda bahwa saya akan mencapai titik puncak kepuasan. Dan sekali lagi saya tidak ingin secepat itu mencapai titik klimaks. Aku masih ingin berlama-lama bercumbu dan bersetubuh dengan tetanggaku ini. Dan dengan perlahan-lahan saya menarik penisku keluar dari kehangatan vagina Dinda biar saya tidak memuncratkan sperma secepat itu.

Tetapi terlambat, sesaat sehabis penisku tercabut keluar dari lembutnya vagina Dinda, saya tidak tahan lagi menahan spermaku yang memaksa keluar dari dalam penisku sehingga cairan putih kental pun muncrat dan berceceran di perut dan sebagian lagi ke buah dada Dinda. Dinda kemudian mulai mengusap dan meratakan cairan kental itu ke perut dan buah dadanya yang molek dan sesekali ia meremas-remas payudaranya dengan kedua tangannya. Sementara itu saya masih berlutut di atas tubuh Dinda yang sedang tidur telentang dan dengan asisten saya terus mengocok perlahan penisku untuk mengeluarkan sisa-sisa sperma yang masih tertinggal dan mencicipi kenikmatan detik-detik final puncak kepuasanku.

No comments

Theme images by Aguru. Powered by Blogger.